Ads
Opini

Kerajaan Negeri Dongeng Takluk dengan Pesilat Lidah

admin
×

Kerajaan Negeri Dongeng Takluk dengan Pesilat Lidah

Sebarkan artikel ini

Banyuwangi || Transisinews – Gonjang ganjing atau carut marut kerajaan Negeri Dongeng tidak lepas dari watak ankara murka dan Sengkuni beberapa patih dan punggawa lainnya.

Raja, Patih, Senopati maupun Panglima kerajaan Negeri Dongeng lebih takut dan takluk pada para jagoan silat lidah utamanya yang memiliki pasukan dengan skala besar.

Sifat sang Sengkuni telah terpupuk dalam dalam di sebagian besar para pesilat yang ada di tanah bumi Negeri Dongeng.

Pada suatu hari ada percakapan ringan antara patih kerajaan dan masyarakat biasa. Keduanya berbincang – bincang terkait apa dan siapa yang ditakuti oleh pihak kerajaan, berikut percakapan nya.

Masyarakat biasa: Mohon ijin Patih, jika diperkenankan saya menghadap dan ingin bertanya pada Patih

Patih: Baiklah, silahkan ke gubuk kecil samping adipaten, saya tunggu kamu di sana, ingat sendiri dan tepat waktu.

Masyarakat biasa: Sendiko dawuh Patih. Terima kasih atas kemurahan hati Patih yang mau menerima saya untuk berdiskusi terkait kerajaan ini.

Lalu tidak lama kemudian kisaran 2 jam, masyarakat biasa pun datang dengan hati riang dan semangat yang menggebu karena ingin segera bertemu Patih yang baik hati. Lalu Patih dan masyarakat biasa pun memulai obrolan.

Patih : Wahai masyarakat biasa, apa yang ingin kamu tanyakan dan diskusikan denganku tentang kerjaaan Negeri Dongeng ini?

Masyarakat biasa: Sendiko Patih, saya ingin bertanya ke Patih, apa dan siapa yang menjadi momok atau yang paling ditakuti oleh pihak kerajaan?

Patih: Pertanyaanmu sangat sederhana namun berat pertanggung jawabannya buat saya yang menjawab. Namun karena kamu adalah bagian dari kerajaan, baiklah akan aku jawab. Jadi kerajaan itu lebih takut dengan para pencoleng dan para pesilat lidah, utamanya yang memiliki prajurit dengan skala besar.

Masyarakat biasa : Baik Patih. Berarti bukan orang yang pandai dalam strategi, bukan orang yang benar tulus membela dan mengabdi bagi kerajaan ya Patih?

Patih: Benar apa katamu. Kerajaan lebih memperhatikan para pesilat lidah tangguh. Meraka akan diberikan tahta dan jabatan bahkan pekerjaan yang lebih.

Cerita diatas menggambarkan sedikit fakta yang ditangkap oleh penulis di lingkup sekitar. Benang merahnya adalah ” Pesilat Lidah ” yang tangguh utamanya dengan jumlah pengikut yang besar akan lebih diperhatikan untuk mendapatkan ” pekerjaan”.

Pesan penulis dalam bentuk kiasan: Tidak selamanya singa si raja hutan, bahkan gajah yang bertubuh besar akan selalu menang, namun semut yang ukurannya kecil jarang dilihat dan tidak pernah diperhitungkan suatu saat akan bisa menumbangkan singa, gajah, bahkan hewan yang dianggap besar lainnya.

Bersambung ( ••••••)

Penulis :Veri Kurniawan S.ST

Publisher : semar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *