Kemampuan pendiri SH ini harus diakui sangat luar biasa berawal dari tujuan Persaudaraan, guna mempersatukan pemuda dan masyarakat untuk kebaikan dan melawan penjajah, akan tetapi ada juga oknum oknum yang melanggar dengan menciptakan kerusuhan karena sikap mereka yang ingin mencari jati diri.
Menurut saya, seharusnya apa yang menjadi warisan luhur yaitu Ajaran SETIA HATI seharusnya tetap terjaga menjadi tauladan bagi masyarakat lainnya, kebersamaan, persatuan, beda pendapat, beda lambang, dan juga beda pemimpin, tidak membuat hal tersebut menjadi sebuah persengketaan, atau lawan, akan tetapi seharusnya menjadi kekuatan besar untuk bersatu padu membangun bangsa ini diantaranya menciptakan kebersamaan, kerukunan dan Harkamtibmas di masyarakat.
Harapan Ki Ngabehi Eyang Suro Dwiryo tentu besar untuk Trah SH yang berawal dari STK ini menjadi lautan Persaudaraan, begitu juga para penerus ajaran SETIA HATI, tentu juga sangat ingin para generasi penerus tetap menjaga persaudaraan dalam membangun bangsa.
Mari kita kembali mengingat ajaran dan Pesan Beliau Ki Ngabehi Eyang Suro Dwiryo dan para sesepuh penerusnya, yaitu Persaudaraan Setia Hati, adalah agar saudara-saudara Setia Hati tetap bersatu hati, hidup guyub rukun lahir dan batin, serta menjaga agar ajaran Setia Hati tidak terpecah belah.
Jika kita semua rukun tentu akan tercipta harmonisasi di masyarakat dan memudahkan masyarakat untuk berkegiatan dalam rangka peningkatan ekonomi mereka.
Pesan beliau Ki Ngabehi Eyang Suro Dwiryo agar “bersatu hati” dan “guyub rukun” menjadi inti dari ajaran Eyang Suro, menekankan pentingnya persaudaraan dan keharmonisan di antara para pengikut Setia Hati.
Mari kita bersama meneruskan ajaran ajaran beliau pendiri SH untuk menjadi pionir di masyarakat guna bersatu padu dan membangun pondasi dengan kebersamaan terutama bagi para pemuda pencak Silat di Indonesia.
SELAMAT HARI SUMPAH PEMUDA 2025!
#Penulis Adalah Ketua Cabang PSHW Bojonegoro, yang juga aktif sebagai Wakil Ketua IPSI Kabupaten Bojonegoro, serta Sekretaris Paguyuban Bojonegoro Kampung Pesilat. Penulis juga merupakan Wartawan Aktif di Bojonegoro dan juga menjadi pengurus di organisasi Pers/Media di Bojonegoro serta Pengawas Karimon sebuah lembaga yang dinaungi Eks Napi Teroris di Bojonegoro
