Kini, limbah jagung dari petani ditampung oleh Koperasi Energi Cakrawala Nusantara (ECN) yang telah dilengkapi mesin hammer mill berkapasitas minimal 8 ton per hari. Mesin tersebut merupakan hasil dukungan program CSR dari PLN NP, dan telah diuji coba pada 20 September lalu.
Ketua Koperasi ECN, Bang Am, mengungkapkan bahwa keberadaan mesin ini membuat petani tidak lagi perlu membakar sisa panen. Limbah tersebut bisa langsung dijual ke koperasi dan diolah menjadi biomassa.
“Petani tak perlu pusing lagi untuk bakar sisa selepan jagung, tinggal jual saja ke kami malah dapat uang. Dengan mesin ini, kami mampu memproduksi biomassa minimal 8 ton per hari dan siap menyerap limbah pertanian jagung sebanyak-banyaknya,” ujarnya.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa PLN akan terus menggenjot penerapan _co-firing_ biomassa sebagai bagian dari strategi untuk mengakselerasi swasembada energi yang berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat lokal.
“Sesuai arahan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto, PLN terus mendukung agenda swasembada energi dari pemerintah. Dulu PLN hanya bertugas menyediakan listrik, tetapi kini tugas PLN adalah menyediakan energi yang bersih dan _affordable_ untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, sekaligus pada saat yang sama juga menjaga kelestarian lingkungan,” ungkap Darmawan.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah, menyebutkan bahwa _co-firing_ biomassa di PLTU Tanjung Awar-Awar ini merupakan bukti nyata bahwa transisi energi bisa berjalan seiring dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Pemanfaatan limbah jagung menjadi biomassa _co-firing_ di PLTU Tanjung Awar-Awar adalah bukti bahwa transisi energi dapat berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kami tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi petani lokal yang selama ini kesulitan mengelola limbah pertaniannya,” tutup Ruly. (@dex)