BOJONEGORO||TRANSISI NEWS – Menghadapi tantangan serapan gabah di 2024, Bulog Bojonegoro bersiap menempuh strategi baru demi mencapai target optimal pada 2025. Dengan wilayah kerja mencakup Bojonegoro, Lamongan, dan Tuban, Bulog berkomitmen menggandeng lebih banyak petani dan Gapoktan untuk memastikan distribusi hasil panen berjalan efektif.
Pemimpin Bulog Kancab Bojonegoro, Ferdian Darma Atmaja, mengungkapkan bahwa dari 29 Gapoktan yang sebelumnya menjalin kerja sama, tidak ada satupun yang menyetor gabah ke Bulog sepanjang 2024. Padahal, harga yang ditawarkan telah disesuaikan dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) maupun pasar.
“Kami sudah menjalin MoU dengan 29 Gapoktan di Bojonegoro, tetapi realisasinya nol sepanjang 2024. Ini menjadi bahan evaluasi kami, khususnya terkait pendekatan kepada petani,” ujar Ferdian saat ditemui pada Rabu (22/01).
Salah satu kendala terbesar adalah praktik tengkulak yang menawarkan proses transaksi lebih sederhana dibandingkan dengan Bulog. Sementara itu, persyaratan Bulog, seperti kadar air maksimal 25%, kerap menjadi hambatan bagi petani yang membutuhkan kemudahan.
“Banyak petani yang lebih memilih tengkulak karena tidak mau repot dengan standar kadar air atau persyaratan lainnya. Padahal, bekerja sama dengan Bulog menjamin harga minimal sesuai HPP,” kata Ferdian.
Harga yang ditetapkan Bulog untuk gabah adalah Rp6.700 per kilogram dengan kadar air maksimal 25%. Namun, upaya menawarkan stabilitas harga ini belum sepenuhnya menarik minat Gapoktan dan petani.
Sebagai respons atas tantangan tersebut, Bulog merencanakan pendekatan langsung ke Gapoktan dan kelompok tani di wilayah Bojonegoro. Pada 2025, kerja sama baru dirintis dengan Gapoktan di tiga desa, yaitu dua desa di Kecamatan Kanor dan satu desa di Kecamatan Balen.