Untuk bertahan hidup, ia terpaksa bekerja serabutan atau menguli pada warga yang membutuhkan tenaga.
“Mudah-mudahan Bapak Presiden Prabowo dan Bapak Bupati H. Idi mendengar tangisan rakyat kecil yang lapar,” tambahnya dengan harap.
Tetangganya, Rosidi, membenarkan kondisi tersebut. Ia mengatakan bahwa Liani memang tak pernah mendapatkan bantuan apa pun.
Di lokasi terpisah, Kideh (61), yang juga tinggal di Dusun Kara Timur, mengalami nasib serupa.
Sampai usianya kini, ia mengaku belum pernah menerima Bansos, padahal kondisi keluarganya tergolong sangat memprihatinkan.
Suaminya, Matsirat, mengalami amputasi ekstremitas bawah, sehingga tidak mampu bekerja dan hanya mengandalkan bantuan tetangga ketika membutuhkan kebutuhan pokok.
“Kadang untuk kebutuhan sehari-hari, saya harus pinjam ke orang lain,” kata Kideh dengan mata berkaca-kaca.
Ia mengaku sering didatangi orang yang mengaku sebagai petugas Bansos untuk meminta fotokopi KTP, KK, dan foto rumahnya. Namun bantuan tak pernah kunjung datang.
“Apa tidak keliru, orang kaya dapat Bansos, sedangkan yang miskin seperti saya tidak pernah tersentuh?” keluhnya.
Hal senada dikemukakan oleh tetangganya, Khoiriyah, yang mengatakan bahwa hanya Kideh yang tidak menerima Bansos, padahal kondisinya paling memprihatinkan.
Warga berharap pemerintah melakukan pendataan ulang agar bantuan sosial tepat sasaran dan benar-benar dirasakan oleh masyarakat miskin yang membutuhkan. (Tss )













