Dari kunjungan ke Desa Nglanggeran, Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro terinspirasi untuk mengoptimalisasi ragam sumber air alternatif yang tersedia di Bojonegoro, seperti melalui revitalisasi waduk, sendang, dan embung, panen air hujan, pengaliran dan penyulingan air, dan pemetaan sumber-sumber air baru.
“Kita telah mengunjungi Kabupaten Gunungkidul untuk mempelajari strategi pengelolaan air. Ke depannya, kita akan berupaya merevitalisasi beberapa sumber air permukaan di Bojonegoro untuk irigasi dan penyediaan air bersih secara lebih efektif,” tegas Bupati Wahono.
Kunjungan dilanjutkan ke Banyumanik Research Center (BRC) untuk mempelajari teknologi pengelolaan air hujan, kolam lele di buis beton, serta berbagai inovasi lainnya. “Kita banyak belajar inovasi baru di Banyumanik Research Center. Secara bertahap, kita adopsikan teknologi mereka di beberapa titik dengan menyesuaikan dukungan infrastruktur yang ada,” tutur Bupati Wahono.
Sebagai tindak lanjut dari kunjungan ini, Bojonegoro telah membangun 55 Instalasi Pemanen Air Hujan (IPAH) di beberapa titik percontohan. Dan secara bertahap, akan ditambah ke titik-titik lainnya. Harapannya, sejumlah IPAH tersebut dapat dimanfaatkan untuk menadah air hujan kala musim penghujan untuk menunjang kebutuhan air masyarakat terdampak kekeringan kala musim kemarau. Selain itu, Pemkab juga akan segera melakukan penyulingan air minum di beberapa sendang percontohan.
Dengan rangkaian kunjungan dan kebijakan konkret ini, diharapkan program-program yang telah diimplementasikan dapat berkelanjutan untuk ketersediaan air di Bojonegoro yang lebih baik. Rencana tindak lanjut yang dihasilkan dari observasi di Kabupaten Gunungkidul tersebut akan menjadi salah satu perhatian utama Bupati dan Wakil Bupati untuk mewujudkan Bojonegoro makmur dan membanggakan.(sy)