Berdasarkan rilis dari Kementerian Kesehatan yang bersumber hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2024, prevalensi stunting di Kabupaten Bojonegoro berdasarkan metode Nasional sebesar 14,1 % atau mengalami penurunan 10, 2 dari tahun 2022.
“Kabupaten Bojonegoro masuk peringkat 6 di Jawa Timur terkait capaian penurunanya,” ujarnya.
Muktadlo juga mengatakan Rembug Stunting digelar juga dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program spesifik dan sensitif dalam percepatan penurunan stunting di wilayah Bojonegoro terutama di desa, serta fokus penurunan stunting tahun 2025. Pemerintah bersama lembaga masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi dan media massa secara kolaboratif diharapkan dapat mendukung Bojonegoro sebagai Kabupaten Zero New Stunting.
“Berdasarkan audit kasus stunting yang dilaksanakan oleh DP3AKB dan Dinas Kesehatan, menunjukkan faktor perilaku dan pola asuh menjadi faktor determinan utama penyebab stunting,” ungkapnya.
Selain itu, Anwar Muktadlo menambahkan Rembug Stunting sebagai upaya meningkatan peran desa dan kelurahan dalam melakukan percepatan penurunan maupun pencegahan stunting tingkat desa/kelurahan. Tahun 2025 lokasi fokus penanganan stunting di Bojonegoro berada di 17 desa dari 13 kecamatan dengan komposisi berbeda dari lokus 2023 maupun lokus 2024.
“Ini menunjukkan bahwa beberapa desa yang dalam dua tahun masuk dalam lokus telah tertangani dengan baik,” tuturnya.