Selain pengurangan emisi dan penggunaan energi fosil, Darmawan menjelaskan, _co-firing_ juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa.
Direktur Utama PLN Nusantara Power Ruly Firmansyah menyampaikan pihaknya telah menyelesaikan uji coba _co-firing_ bonggol jagung di dua lokasi, yaitu PLTU Punagaya dan PLTU Tanjung Awar-Awar, Tuban.
Ruly mencatat, total kebutuhan biomassa bahan _co-firing_ PLTU Punagaya mencapai 100 ribu ton per tahun dengan potensi penurunan emisi mencapai sekitar 169 ton CO2. Kabupaten Jeneponto memiliki potensi limbah jagung yang dapat dipergunakan sekaligus menjadi solusi pengurangan sampah.
Tidak saja berdampak positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan, _co-firing_ yang diterapkan oleh PLN Nusantara Power juga berperan dalam menggerakan roda perekonomian dan Usaha Miro Kecil Menengah (UMKM) warga sekitar PLTU tersebut.
“Selain berkontribusi positif pada lingkungan, metode _co-firing_ ini juga merupakan hasil dari pasokan UMKM warga sekitar sehingga program ini turut mengangkat tingkat ekonomi masyarakat,” tambah Ruly.
Dirinya melanjutkan, PLN Nusantara Power juga mengaplikasikan _co-firing_ di 25 PLTU yang ada di Indonesia.
“PLN NP saat ini telah berhasil menerapkan _co-firing_ di 25 PLTU yang ada. Di tahun 2023 lalu kami telah memproduksi 525,62 GWh energi hijau dari _co-firing_ atau setara dengan reduksi emisi karbon sebesar 533.291,79 metrik ton,” terang Ruly. (Red)