Program ini juga membuka kesempatan bagi sekolah untuk lebih terlibat dalam upaya preventif terhadap gangguan kesehatan mental. Kampus Ungu menyediakan akses survei berbasis digital yang memungkinkan sekolah memetakan kondisi psikologis secara efektif.
Dari data yang ada, remaja putri lebih rentan gangguan psikologis dibanding remaja putra. Oleh karena itu, sekolah dapat mengembangkan strategi pendampingan, seperti pelatihan keterampilan manajemen stres, konseling individual, hingga penguatan peran BK dalam membantu menghadapi tantangan emosional.
“Berdasarkan studi global, remaja putri memang memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan psikologis dibandingkan laki-laki,” katanya.
Lebih lanjut, melalui program ini, Kampus Ungu tidak hanya berperan sebagai penyelenggara pendidikan tinggi, tetapi juga mitra strategis sekolah dan komunitas dalam mempromosikan pentingnya kesehatan mental di kalangan remaja.
Ke depan, Kampus Ungu berencana memperluas cakupan program ke lebih banyak sekolah dan daerah di sekitar Bojonegoro.
“Dengan kolaborasi yang berkelanjutan, diharapkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental semakin meningkat, menciptakan generasi muda yang lebih tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan,” ujarnya. (red/sy)