Ads
Edukasi

Peran Mahasiswa Mencegah Polarisasi dan Politik Identitas

maksum.afnani1973
×

Peran Mahasiswa Mencegah Polarisasi dan Politik Identitas

Sebarkan artikel ini

SURABAYA, TRANSISINEWS – Diskusi yang bertema “Peran mahasiswa dalam mencegah polarisasi dan politik identitas”, dilaksanakan oleh Centrum Muda Proaktif (CMPRO) yang diikuti oleh 50 peserta dari unsur mahasiswa, BEM, dan pemuda yang dikoordinasi oleh Husni Nurin sebagai ketua pelaksana dan 4 narasumber dari berbagai latar belakang yaitu praktisi, akademisi, dan aktivis di Kedai Kopi Kakak Surabaya. Sabtu sore (15/04/2023).

Adapun narasumber yang mengisi acara diskusi tersebut Gus Heri Cahyo Bagus (Wakil Ketua Umum Asosiasi Pesantren Entrepreneur Indonesia), Muqaffi (Pengurus PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), Masudi (Wakil Presiden Mahasiswa 2022), Hendrik Rara L (Sekretaris Jenderal ABS).

Gus Heri menjelaskan bahwa, Polarisasi dilihat dari sudut pandang bisa menjadi dua mata koin prespektif. Yaitu pemicu pemecah belah namun bisa juga menjadi pendorong menuju hal baik diruang publik, positif negatif, dan komunikasi pemasaran politik. Mahasiswa harus mampu bergerak strategis memaksimalkan potensi dan peluang kerjasama kelembagaan.

Gus Heri “Edukasi politik perlu dilakukan dengan membuka ruang dialog publik dan memberikan pemahaman yang utuh. Seperti money politic dan perang argumentasi bukan sentimentil”, ujarnya.

Muqaffi dalam diskusinya menyampaikan, Beberapa tahun di Indonesia dalam pelaksanaan pemilu sering terjadi politik identitas dan rasisme untuk menjadi alat kekuasaan. Mahasiswa harus turun langsung untuk melakukan tindakan preventif dalam isu-isu politik sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh politik polarisasi yang akut di Indonesia.

IMG-20230415-WA0247

 

Masudi, “Memilih kandidat pemimpin tidak boleh memandang sara agar menciptakan kondusifitas di masyarakat”, tegasnya.

Peran mahasiswa sangat penting dalam mencegah polarisasi mulai dilingkup paling kecil yaitu desa dan lingkungan sekitar. Mahasiswa harus menjadi agen of change, sosial control, iron of stuck yang perlu diimplementasikan ke ruang politik.

Hendrik Rara L ,”Politik identitas memicu polarisasi di masyarakat dan akan menciptakan konflik sosial. Pemilih berkualitas akan menjadi penentu pemimpin dan pemuda harus selektif dari tingkaran nasional hingga desa”, paparnya.

Selain itu Hendrik menambahkan, “Mahasiswa melakukan aksi kampanye agar menjadi pemilih cerdas, dan memberikan pemahaman bahwa politik identitas menciptakan disharmonisasi”, ungkapnya.

Maka dari itu polarisasi dan politik identitas perlu diperangi dengan pemahaman yang utuh oleh semua pihak khususnya pemuda dan mahasiswa. Polarisasi terbangun dari kecondongan identitas tertentu yang terlalu fanatik terhadap golongan tertentu dan hal tersebut akan memicu problem sosial.(red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *