Ruwatan ini juga merupakan tradisi asli nusantara yang masih dipegang teguh di Jawa. Maka, lanjut Budiyanto, Pemerintah hadir memfasilitasi ini semua. Di masyarakat desa, ada simbol-simbol budaya, maka wayangan ini juga penting seperti halnya yang dilakukan Sunan Kalijaga.
Budiyanto menambahkan jika dalam ruwatan murwakala diikuti oleh anak-anak dalam kondisi sukerto (menanggung suatu beban yang namanya sukerto), itu perlu diruwat. Yakni terhitung ontang anting (anak satu laki-laki), kedono kedini (dua anak diantaranya laki-laki dan perempuan), uger-uger lawang (anak laki-laki dua bersaudara) dan sebagainya.
“Pendaftaran ruwatan murwakala ini dibuka selama satu bulan dan dilakukan secara online, hari ini diikuti oleh 441 orang, diantaranya ada 117 jenis sukerta yang terdiri dari 207 orang (individu) dan 234 orang tua,” jelasnya.
Salah satu peserta ruwatan murwakala, Ridwan warga Desa Sumbertlaseh Kecamatan Dander, mengungkapkan bahwa dirinya bersama keluarga datang mulai pukul 07.00 WIB di Kayangan Api ini untuk meruwat anaknya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ia membeberkan bahwa ruwatan ini diikutinya secara gratis pada agenda ruwatan murwakala yang diselenggarakan oleh Pemkab Bojonegoro.
“Semoga setelah melaksanakan ruwatan murwakala ini dilancarkan segala urusan, dan dilimpahkan kebaikan serta kesehatan,” pungkasnya.